Ada
sebagian orang menganggap bahwa hidup manusia di dunia ini hanya sekedar
pewayangan saja, dimana manusia hanya dapat menjalankan kehidupan yang sudah
diatur oleh Yang Maha Kuasa. Namun sebagian lain menganggap bahwa manusia adalah
raja bagi sejarahnya sendiri, segala sesuatu peradaban dan perjalanan sejarah
manusia ditentukan oleh tingkah laku manusia itu sendiri.
Argumentasi
orang yang menganggap bahwa hidup ini merupakan pewayangan adalah sebagai wujud
kekuasaan Tuhan untuk menentukan dan mengatur alam semesta termasuk kehidupan manusia
tentunya. Kelahiran, rejeki, jodoh, dan kematian merupakan misteri yang tidak
terjawab, dan itu hanya Tuhan yang tahu. Manusia tidak tahu kapan dan sebagai
apa ia lahir, rejekinya berapa, jodohnya siapa, dan kapan serta dimana ia akan
mati, sebelum itu semua terjadi. Manusia baru dapat mengetahuinya setelah ada
kejadian. Dari sini jelas bahwa manusia sekuat apa pun usahanya tidak akan mampu
menentang kuasa Tuhan. Dengan demikian kejadian apa pun di dunia ini terjadi
karena kehendak Tuhan, manusia hanya menerima saja hasilnya, baik buruk manusia
telah ditentukan sebelumnya, kita hanya bisa berharap semoga masuk ke dalam
golongan yang beruntung.
Di
sisi lain orang yang menganggap bahwa manusia raja sejarah penentu kehidupannya
didasarkan pada keistimewaan manusia untuk menentukan jenis kehidupannya. Banyaknya
alternatif menjadikan manusia sebagai pusat kebijakan. Kelahiran seseorang pada
dasarnya adalah akibat perbuatan dua orang manusia yang melakukan pencampuran
antara sperma dan ovum, bila pencampuran sel haploid menjadi diploid itu tidak
terjadi, maka sampai kapanpun kelahiran itu tidak akan terjadi. Pun dengan rejeki
seseorang, besarnya akan ditentukan oleh kuatnya usaha dia sendiri serta
lingkungan pendukungnya. Jodoh manusia juga tergantung usaha manusia itu sendiri,
gak ada ceritanya nongkrong aja di kamar, tau-tau ada yang ngetok pintu terus
ngomong aku jodoh kamu. Kematian pun sama saja, tidak ada cerita orang yang otak
dan jantungnya berenti masih hidup, yang beda adalah cara untuk menghentikan
kerja otak dan jantungnya itu. Dengan demikian apa-apa yang terjadi dengan manusia
ditentukan oleh manusia itu sendiri.
Dua
argumentasi di atas selalu menjadi perdebatan yang tiada akhir. Sekedar bahan
renungan silahkan simak cerita fiktif ini :
Di
negeri antah berantah telah terjadi kiamat, dan masing-masing orang telah
diberi ganjaran sesuai dengan amalannya masing-masing, yang beriman diberi ganjaran
surga sebagaimana yang telah dijanjikan Tuhan di dunia melalui wakil-Nya,
demikian pula orang kafir disiksa dalam neraka yang demikian pedih. Tiba-tiba
di surga ada orang protes kepada Tuhan karena ia hanya diberikan surga paling
rendah. “Ya Tuhan kenapa aku hanya dikasih surga emperan kayak gini ?” tanya
Onyon pada Tuhan, lalu dijawab, “Hai (biasanya Tuhan ngomong gitu kan ?) Onyon,
seharusnya kamu termasuk orang-orang yang bersyukur, kamu itu mati ketika masih
bayi, maka gak ada satu pun amalan yang kamu lakukan, wajar saja kamu dapat
surga terendah”. Onyon menukas, “Ya Tuhan itu bukan salahku, kenapa aku
dimatikan waktu kecil, coba kalo dipanjangkan umur, maka aku akan menjalankan
semua perintah-Mu dan menjauhi semua larangan-Mu”. Tuhan lalu berfirman,
“Tahukah kamu ? Jika kamu dipanjangkan umurnya maka justru kamu akan menjadi
orang yang dzalim dan kafir, kamu akan dimasukan ke neraka jahanam seperti Si
Mat Kafirin, maka bersyukurlah Onyon……!”. Saking kerasnya, Si Mat Kafirin yang
lagi disiksa di neraka mendengar firman Tuhan itu berteriak dengan kerasnya
sambil menahan sakit, “Ya Tuhan sungguh Engkau tidak adil, kalau tahu aku akan
jadi penjahat besar, kenapa tidak Kau matikan aku sewaktu kecil……..?” Pertanyaan
dan penyesalan itu hilang tak terjawab.
Dua
argumentasi yang dikemukakan sebelum cerita di atas bagaikan hal yang
kontradiktif, di satu sisi, jika manusia adalah wayang yang menjalankan
skenario Tuhan, akan menunjukan ketidakadilan Tuhan, kenapa ada orang yang
disebut jahat dan baik ? tokh keduanya hanya menjalankan kehendak Tuhan. Namun
jika menganggap bahwa manusialah segalanya, dimanakah kekuasaan Tuhan untuk
mengatur kehidupan umat manusia ?
Manusia
akan sulit menjawabnya, karena manusia tidak tahu apa yang akan terjadi detik
berikutnya secara pasti. Tapi ada guyonan yang mungkin bisa kita renungkan
juga. Jika kita dilahirkan dari keluarga miskin itu adalah kehendak Tuhan, tapi
kalau kita dapat mertua miskin itu adalah KEBODOHAN KITA sendiri.
0 Response to "MAHA ADIL ATAU MAHA KUASA ? (BACAAN NDP)"
Posting Komentar