Namaku Dinda, lengkapnya Dinda Arini Putri, umurku 19 tahun, aku tinggal
didaerah Bandung tepatnya didaerah kawasan sarijadi. Disini aku tinggal bersama
ibu dan juga kakak perempuanku yang bernama Anissa atau aku sering memanggilnya
ica, ia 2 tahun lebih tua dariku. Kami tinggal bertiga karena ayahku adalah
seorang kontraktor yang sering kerja untuk bolak-balik ke luar kota. Disini,
dihari ini tepatnya hari jumat tanggal 16 Januari 2009. Aku hampir lupa, aku
adalah murid kelas X atau biasa disebut kelas 1 SMA. Yah sekarang, malam ini
tepatnya aku ingin bercerita tentang seorang pria yang baru saja ku sore
kemarin. Namanya adalah Bagas, lengkapnya adalah Bagas Perdana. Hari itu bisa
dibilang sebagai hari terindah yang pernah ada dalam hidupku karena aku telah
menemukan semua jawaban dalam harapan-harapanku. Sore itu ketika aku baru saja
pulang sekolah, terlihat dari kejauhan pria berseragam putih abu yang berlari
mendekati ku.
Bagas : hai, km
dinda yah?
Dinda : iah, km
siapa yah?
Bagas : oia aku
bagas, aku murid kelas X 3. Boleh aku berkenalan?
Dinda : oh boleh
namaku dinda, murid dari kelas X 5
Bagas :
terimakasih kalo begitu, salam kenal dinda. Aku langsung yah, sampai bertemu
Dinda : oh iah
sama-sama. Oke
Siang itu dengan perasaan sangat aneh bercampur aduk, aku terus bertanya
dalam hati. Siapakah pria ini, berani sekali tiba-tiba datang lalu mengajak
berkenalan. Namun tidak dapat juga bahwa perasaan aneh tersebut terdapat
sedikitnya perasaan senang karena pria ini merupakan pria yang begitu
dibicarakan oleh hampir wanita satu sekolahku, mulai dari kelas X, XI, hingga
XII membicarakannya bukan hanya karena ketampanannya namun juga karena
kehebatannya bermain gitar dalam bandnya. Yah namun walaupun begitu aku
tidak ingin cepat ambil keputusan dulu tentang bagaimana perasaanku karena
sebagaimapun dia disekolahku, tetap saja dia hanyalah pria yang baru saja ku
kenal. Tidak lama dari itu, seperti biasa aku mendatangi teman-teman satu
kelasku yang juga sering bermain denganku. Mereka adalah Shinta, Marsya, dan
Dinar. Mereka adalah teman baikku, dapat dikatakan mereka adalah sahabatku di
sekolah bahkan diluar sekolah. Mereka adalah tempatku berbagi semua, termasuk
cerita tentang apa yang baru saja ku alami. Ketika itu tepatnya kami sedang
diam seperti biasa di warung gaul (warung didaerah dekat sekolah) yang biasa
dijadikan tempat kami berkumpul sepulang sekolah untuk dihabiskan dengan
mengobrol bersama-sama.
Dinar : din,
kemana dulu tadi. Kok baru kesini?
Dinda : iah tadi
ada urusan dulu nay(panggilan untuk dinar) sorry
Marhsa : yaudah
sekarang mau kemana kita?
Shinta :
eh..eh..eh tunggu dulu, tadi kayanya aku liat ada yg kenalan sama bagas deh
Marsha : bagas ?
anak X 3 itu?
Shinta : iah bagas
cowo paling eksis disekolah kita
Dinda : eh..eh..
Cuma kenalan doang kok yah sebagai sama-sama anak satu sekolah
Marsha : hati-hati
loh din, saingan km banyak loh
Shinta : yaudah
sih biarin aja sya(panggilan untuk marsha) kalo emang bagas sukanya sama dinda
yah mau apa yang lain juga kan?
Dinar : aduh aduh
dinda udah ada yang ngeceng aja nih hahaha
Shinta, marsha, dan dinar bersama-sama menertawakanku seperti sedikit
mengejek tentang hal yang kualami tadi.
Tidak lama dari itu kami berempat memutuskan untuk pergi ke toko buku yang
tempatnya ada di jalan merdeka depan BIP ( Bandung Indah Plaza) untuk mencari
cari buku pelajaran dan tidak ketinggalan juga buku bacaan seperti novel, yah
karena kami berempat sangat suka membaca novel. Sampai hampir petang tiba kita
memutuskan untuk pulang karena takut terlalu larut dan akan dimarahi oleh ibu
kita masing-masing. Dan ditengah perjalanan ketika sedang berjalan keluar dari
toko buku, tiba-tiba kami bertemu dengan bagas yang terlihat keluar dari tempat
bermain billiard yang tidak jauh dari toko buku. Dengan perasaan malu kepada
Marsha, Shinta, dan Dinar seketika aku lalu menyuruh kepada mereka untuk
berjalan lagi lebih cepat karena takut Bagas menghampiri ku dan aku habis
diejek oleh ketiga gadis itu lagi. Dan kamu tahu apa yang terjadi, yah seperti
yang kukira Bagas menghampiriku lalu menyapaku dan teman-temanku.
Bagas : hai dinda,
ketemu lagi. Hai teman-teman dinda
Marsha : hai
Bagas, aku Marsha
Tak ketinggalan Dinar
dan Shinta pun memperkenalkan diri mereka, lalu dengan wajah memerah karena
malu. Bukan malu karena Bagas menghampiriku, namun karena tak tahu apa yang
akan teman-temanku katakana soal ini.
Dinda : hai Bagas, oia kami duluan yah
udah sore mau pulang nanti takut dicariin
Bagas : oh begitu
yah, gimana kalo kalian aku antar saja?
Tanpa persetujuanku tiba-tiba Shinta, Marsha, dan Dinar menyetujui untuk
pulang bersama Bagas. Dan tanpa bisa menolak juga akupun akhirnya ikut pulang
bersamanya. Ditengah perjalanan, didalam mobil bagas, kami berlima berbicara
tentang sekolah, tentang guru, anak-anak nakal yang ada disekolah dan
lain-lain. Setelah mengantarkan Marsha, Shinta, dan Dinar. Hanya tersisa aku
dan Bagas saja, karena rumahku dengan teman-temanku tidak dekat. Lalu dalam
mobil pun karena aku masih merasa malu, aku berusaha membuang malu itu dengan
bernyanyi lagu favoritku yaitu lagu Ten 2 Five-Love is you. Dengan seketika
Bagas mengajak ku
berbicara tentang lagu tersebut.
Bagas : suka ten 2
five juga dinda?
Dinda : oh suka
banget he..he..he kenapa emang?
Bagas : wah kalo
gitu sama dong aku juga suka banget
Dinda : oia? Suka
lagu yang mana?
Bagas : semuanya,
bahkan aku punya koleksi mulai dari poster, baju, hingga semua album ten 2 five
mulai dari koleksi cd hingga kaset tape. Tapi aku paling suka lagu Love is you
Aku tak bereaksi apa-apa setelah Bagas mengatakan itu semua, aku hanya
menjawab seperlunya dengan jawaban oh saja. Lalu tidak lama dari itu Bagas
memutarkan lagu kesukaanku itu dalam tape yang ada dimobilnya. Seketika suasana
begitu hangat, entah karena aku sedang bersama pria yang sangat terkenal
disekolahku, atau karena lagu yang aku suka itu.
Tidak lama
kemudian aku sampai dirumah, dan tidak lama juga aku sesegera mungkin turun
dari mobilnya, lalu mengatakan terimakasih karena takut dikatakan tidak sopan
setelah diantar langsung pergi begitu saja. Dan lalu Bagas memanggilku kembali.
Bagas : dinda,
tunggu
Aku berbalik dan
berbicara lagi kepadanya
Dinda : eh..
kenapa bagas, ada yang ketinggalan atau yang lupa yah?
Bagas : iah, aku
dinda aku lupa menanyakan nomer hp mu, hehehe. Boleh aku memintanya?
Dinda : untuk apa?
Bagas : yah untuk
menghubungi mu dong, boleh?
Dinda : kan bisa
ketemu disekolah
Bagas : yah itupun
kalo boleh, jika tidak yah aku akan meminta kepada temanmu hehe becanda
Dinda : oh gitu
yaudah nih (member tahukan nomer hp ku)
Bagas :
terimakasih Dinda
Dinda : iah
sama-sama Bagas, aku masuk dulu yah, oia apa mau masuk dulu ? soalnya tidak
enak sudah petang dan takut ibuku mencariku
Bagas : tidak
perlu, aku langsung saja. Salam saja buat mamahmu dan sampai bertemu disekolah
Dinda : oke kalo
begitu, duluan yah bye
Dengan bergegas aku masuk kerumah karena takut ibu marah padaku karena itu
sudah jam 6 lebih dan aku pulang terlalu larut. Benar tadi itu adalah hal yang
paling tidak terduga olehku, perasaan malu ku hampir saja membuat aku menjadi
orang yang tidak sopan dengan hampir lupa mengajak seseorang yang baik
mengantarku sampai kerumah tidak kutawarkan untuk masuk. Tapi coba saja
bayangkan jika kalian menjadi aku waktu itu, mungkin kalian akan merasakan hal
yang sama. Ah entah aku berlebihan tapi biarlah karena aku yang merasakannya
bukan km ataupun kalian.
Sesampainya dirumah ketika aku membuka pintu, dengan wajahnya yang sedikit
cemas Ibu berdiri didepan pintu menunggu kedatanganku pulang. Maklum aku dan
kakaku tidak pernah pulang kerumah diatas jam 5 sore karena itu memang sudah
peraturan dari orang tuaku. Memang sedikit berlebihan tapi aku yakin itu semua
demi kebaikan aku dan kakak karena orang tuaku khawatir terjadi apa-apa dengan
kami. Yah aku wajarkan karena akupun tidak ingin menjadi anak yang tidak
menurut. Dengan sedikit wajah cemasnya ibu menyapaku.
Ibu : dari mana
saja Dinda kok baru pulang jam segini
Dinda : iyah maaf
ibu, tadi aku sama temen-temen seperti biasa mampir dulu ketempat buku
Ibu : oh yasudah
jangan diulangi lagi yah, ibu khawatir kalau sampai km dan kakakmu pulang
terlalu larut karena diluar sana banyak orang jahat.
Dinda : iah ibu
maaf yah
Ibu : yasudah
masuk kekamarmu dan ganti bajumu yah.
Dinda : iah ibu
Ibu : eh tunggu
dulu, tadi siapa yang mengantarmu, ibu sepertinya belum pernah melihatnya yah?
Dinda : oh, itu
Bagas teman sekolah Dinda bu.
Ibu : oh begitu,
yasudah sekarang ganti bajumu.
Lalu aku meninggalkan ibu dan bergegas untuk kekamarku untuk mengganti baju
sekolah dengan baju tidurku. Sesudah mengganti baju, aku kembali keruang
keluarga untuk berkumpul dan berbagi cerita tentang bagaimana hari ini dengan
ibu dan ica yang sudah lebih dulu ada di ruang keluarga sambil menonton tv. Tak
lama kemudian ibu menyuruh kami berdua untuk makan bersama, makan malam
sederhana namun selalu terasa nikmat karena dilakukan bersama kedua orang yang
aku sayangi. Yah walaupun setiap hari namun inilah saat-saat yang selalu kami
tunggu, yah makan dan berkumpul bersama untuk menghilangkan lelah karena
rutinitas kami setiap harinya. Hidangannya pun tidak terlalu istimewa hanya
sayur bayam dan ayam goreng saja, namun jika ibu yang memasaknya serta
memakannya bersama ibu dan kakaku, aku rasa itu adalah makanan ter enak dan
termewah didunia karena diringi rasa sayang akan hangatnya keluarga kami. Dan
tak lama setelah makan aku kembali kekamarku untuk membaca-baca kembali materi
pelajaran yang telah dipelajari di sekolah, sambil diam dan hanya melihati buku
aku kembali teringat tentang Bagas dan semua yang kulakukan hari ini
bersamanya.
Walaupun hanya berbicara sebentar ketika berkenalan dengannya, dan saat dia
mengantarkanku pulang dari toko buku namun aku yakin ini tidak seperti
perkenalan biasanya yang pernah ku alami. Tapi ku pikir, untuk apa aku
memikirkannya, pria yang belum begitu ku kenal dan yah setiap wanita disekolah
juga pasti memikirkannya. Jadi tak perlulah aku memikirkannya. Dan malam itu
telah kuputuskan untuk tidur karena aku tak ingin terus menerus merasa aneh
seperti itu.
Hari ini hari sabtu tanggal 17 Januari 2009 tepat jam 10 pagi, aku baru
saja terbangun dari tidurku semalam, dengan wajah masih mengantuk dan
mengenakan pakaian tidurku, aku diam sejenak dikasurku untuk melamun sejenak.
Yah itulah hal yang sering ku lakukan ketika aku bangun tidur. Yah tak lama
kemudian aku langsung menuju kamar mandi untuk mencuci mukaku. Oia aku lupa
memberi tahu bahwa hari sabtu sekolahku libur. Yah dan kebiasaan yang sering
aku dan keluargaku lakukan saat libur adalah berbelanja bersama ke pasar untuk
membeli bahan masakan. Setelah itu tidak ada kegiatan yang istimewa pada hari
ini. Karena pada saat malam pun aku jarang keluar rumah untuk main bersama
teman-temanku, yah kamu tau sendiri mengapa alasannya.
Hari minggu, seperti biasa aku bangun jam 10 pagi dan dengan kegiatan yang
sering ku lakukan ketika bangun, namun berbeda karena aku mulai bersiap-siap
untuk pergi karena ada janji dengan ketiga sahabatku untuk menonton film di
bioskop. Yah dan setelah mandi aku lalu bergegas untuk pergi karena sahabtku
sudah menungguku.
Ibu : kemana din
jam segini udah pergi?
Dinda : mau main
bu sama Shinta, Marsha, dan Dinar
Ibu : mau main
kemana? Awas pulangnya jangan terlalu larut
Dinda : nonton bu,
iah ibu siap
Ibu : yasudah kalo
begitu hati-hati
Dinda : oke bu,
oia lupa minta uang hehehe
Ibu : ah dasar
kalo urusan uang saja kamu tidak pernah lupa
Dinda : makasih bu
dadah
Setelah sampai dibioskop tempat kami menonton, seperti biasa kami mengobrol
layaknya seorang wanita seusia kami pada umumnya. Dan tak lama menunggupun
akhirnya kami menonton karena tiketnya sudah dibelikan oleh Dinar yang datang
terlebih dahulu. Setelah usai menonton, kami lanjut untuk makan sebelum pulang,
tidak jauh di kantin yang ada di mall tempat kami menonton.
Dan ketika kami sedang makan, tibalah pacar dari sahabat-sahabatku, namun
hanya aku yang tidak punya pacar. Yah aku sudah biasa karena memang aku sering
menjadi obat nyamuk ketika mereka bersama pacarnya. Merasa sepi ditengah
keramaian, namun apa boleh buat. Setidaknya aku senang bahwa sahabatku memiliki
pasangan. Yah walaupun aku tidak punya.
Tidak lama setelah
makan, kami memutuskan untuk pulang. Marsha dan Dinar pamit untuk pulang
berpisah dengan aku Shinta dan pacarnya. Yah Shinta mengantarkanku pulang
karena rumah Shinta lah yang paling dekat denganku diantara dua sahabatku yang
lain. Sesampainya dirumah aku langsung bergegas masuk kerumah. Dan ketika
sampai dirumah kak Ica langsung menyapaku.
Ica : hey din dari
mana?
Dinda : habis
nonton kak kenapa?
Ica : oh gak
apa-apa, cuma nanya aja kok
Dinda : oh
gitu, yaudah dinda langsung kekamar yah kak.
Ica : oke
Akupun bergegas untuk masuk kekamar walaupun tak tahu apa yang akan aku
kerjakan di kamar. Yah hanya diam, mengisi sedikit sisa pekerjaan rumahku dan
tentunya mendengarkan lagu kesukaanku. Sampai akhirnya aku tidur dan haripun
tanpa terasa mulai beranjak dan berganti.
Hari ini aku kesiangan untuk pergi kesekolah, dan aku dengan malu aku
dihukum karena tidak mengikuti upacara bendera. Seperti biasanya murid-murid
yang dihukum karena terlambat dikumpulkan didepan gerbang untuk menunggu hingga
upacara selesai dan selanjutnya akan dihukum menghormat bendera selama lima
belas menit sebelum memasuki kelas. Dan kamu tahu apa yang membuatku lebih
merasa malu hari itu? Yah Bagas melihatku lalu tersenyum kepadaku yang sedang
menghormat bendera. Namun aku tidak membalas senyumnya bukan karena aku sombong
atau marah kepadanya, namun karena aku malu semalu-malunya. Entah bagaimana
yang dapat kugambarkan namun intinya semua gambaran tidak dapat mendeskripsikan
rasa malu ku saat itu.
Setelah hukuman
selesai aku bergegas untuk masuk kelas, dan ketika dikelas aku mendapatkan sms
entah dari siapa. Dan kamu tahu ketika aku buka apa isinya dengan nomer tanpa
nama dan tidak kukenal.
"Hey Dinda, km terlihat lucu ketika sedang menghormat bendera.
He..he..he jangan marah yah, tapi wajahmu terlihat sangat merah saat kepanasan
tadi."
Masih dengan perasaan yang bingung karena tidak tahu dari siapa sms itu,
aku terus diam dan memikirkan siapakah orang yang lancang mengirimkan sms
kepadaku seperti itu. Ah sudahlah tidak perlu kupikirkan karena jika aku tahu,
aku akan marah kepada orang itu. Yah setelah 3 jam belajar dikelas, akhirnya
saat yang ditunggu oleh semua siswa. Yah bel istirahat berbunyi. Dan seperti
biasa aku dan sahabatku lalu kekantin untuk makan bersama dan mengobrol
pastinya. Namun dikantin tiba-tiba Bagas menghampiri kami.
Bagas : hey kalian
boleh aku ikut gabung duduk disini
Serentak Shinta,
Marsha, dan Dinar menjawab boleh..
Bagas : apa boleh
aku duduk disini Dinda?
Dinda : yah boleh
silahkan
Lalu Bagas duduk disebelahku, yah jika kamu tahu saat itu aku masih merasa
malu karena kejadian pagi itu saat bagas melihatku dan tersenyum. Kami berlima
akhirnya makan dan mengobrol dengan sangat gembira. Membicarakan apapun seolah
kantin itu hanyalah milik kami berlima tanpa memperdulikan orang lain. Setelah
beres makan kami akhirnya kembali lagi ke kelas untuk melanjutkan pelajaran
berikutnya. Shinta, Dinar, dan Marsha berjalan duluan meninggalkan aku dan
Bagas. Seolah mereka sengaja ingin aku berdua dengan Bagas. Diperjalanan menuju
kelas bagas memberi tahuku sesuatu.
Bagas : dinda tadi
sampai tidak sms ku?
Dinda : hah? Sms
yang mana?
Bagas : oh mungkin
engga sampai, gak bukan sms apa-apa kok hehehe.
Dinda : oh iah
mungkin ga kekirim
Bagas : iah, eh
udah didepan kelasmu nih. Aku lanjut kekelasku yah dinda
Dinda : iah bagas
dadah
Bagas : dadah
sampai bertemu lagi dinda
Sempat aku berpikir bahwa sms pagi tadi adalah sms dari Bagas, namun aku
tak mau menanyakannya karena mungkin memang tidak terkirim sms darinya. Namun
masih seperti pagi tadi, aku hanya diam dikelas dan memikirkan siapakah orang
yang telah memberiku sms seperti itu. Yah tapi aku berpikir bagaimana jika
pulang nanti aku bertanya lagi kepada Bagas mengenai sms yang aku terima apakah
merupakan sms darinya atau bukan. Yah aku tak mau pusing lagi aku tunggu saja
hingga pulang nanti.
(bel pulang
sekolah bordering) yah aku lalu bergegas keluar kelas meninggalkan sahabatku
untuk mencari Bagas. Namun aku tidak menemukannya, mungkin ia sudah pulang
lebih dulu dari aku. Pikirku berkata untuk apa aku mencarinya, buang-buang
tenaga saja, dan kalo memang Bagas yang mengirim sms tadi itu, mungkin suatu
saat dia akan bilang kepadaku. Namun biarlah tunggu saja siapa yang
mengirimnya, jika tahu nanti aku akan langsung memarahinya.
Seperti biasa aku dan sahabatku berkumpul dulu di warung gaul. Namun
setelah aku tiba di warung gaul, kamu tahu apa yang kutemui? Yah Bagas ada
disana bersama 2 teman prianya yaitu Dika dan Roni. Dan bagas menyapaku, lalu
dia menawariku untuk mengantarku pulang. Aku memutuskan untuk tidak menerima
tawarannya namun Marsha dan Dinar seolah memaksaku untuk menerima tawaran dari
Bagas. Oh tidak mereka berdua membuatku mati kutu, karena jika aku menolak
tawarannya saat itu mungkin Bagas akan merasa malu depan teman-temanku dan juga
teman-temannya. Akhirnya tidak lama diam diwarung gaul aku dan Bagas pulang,
sekali lagi bukan karena aku yang ingin menerima tawarannya namun karena aku
merasa tidak enak dan tentunya karena teman-temanku yang mengatakan iah seolah
memaksaku untuk pulang bersama Bagas.
Ditengah
perjalanan Bagas memutar lagi lagu kesukaanku dan memberikanku kaset dari band
tersebut.
Dinda : ini serius
buat aku bagas ? tidak perlu, aku malu menerimanya
Bagas : iah ambil
aja dinda, kamu suka kan?
Dinda : terus
kamu? Bukankah kamu juga suka dan mengoleksi
Bagas : iah, tapi
gak apa-apa itu buat kamu aja. Aku masih punya CD nya kok
Dinda : serius
bagas?
Bagas : iah
Dinda : yaudah deh
makasih yah bagas
Bagas : iah dinda
sama-sama dengerin yah
Perasaanku saat itu sangat campur aduk, senang, malu, dan tak tahu lagi
seperti apa. Intinya aku sendiri tidak dapat menggambarkannya. Namun jangan
salah sangka dulu, aku senang bukan karena Bagas memberiku sesuatu. Namun
karena yang diberikannya adalah kaset band kesukaanku. Tak lama kemudian aku
sampai dirumahku.
Dinda : makasih
bagas udah nganterin dan ngasih kaset juga
Bagas : sama-sama
dinda he..he
Dinda : oia bagas
mau mampir dulu
Bagas : tidak
perlu aku langsung saja, aku udah ada janji mau latihan band
Dinda : oh gitu
yaudah deh aku masuk yah
Bagas : iah dinda
dadah
Ketika masuk dirumah aku melihat suasana hening dalam rumah seperti tidak
ada siapa-siapa. Yah betul ternya ibu dan kakakku sedang pergi entah kemana,
mungkin kerumah tante monic. Tetanggaku yang rumahnya berada sekitar tujuh
rumah dari rumahku. Beliau teman ibuku, mereka sudah berteman dari sebelum aku
lahir. Dan tentunya keluargaku sering sekali kerumahnya, dan juga beliau sering
kerumahku untuk berkunjung juga.
Aku langsung
kekamarku untuk menaruh tas. Dan tiba-tiba ada sms dari orang yang nomernya
tak kukenal itu. Smsnya adalah
"Hey, jangan lupa dengerin yah lagu dari kasetnya dinda hehehe"
Dan ternyata benar, orang itu adalah Bagas. Orang yang mengirimku sms tadi
pagi, seketika perasaan ingin marahku menjadi hilang tak tahu kemana dan entah
mengapa, aku tahu. Apa kamu tahu mengapa aku tidak jadi untuk marah? Sungguh
entah mungkin karena dia memberiku kaset. Tapi aku bukanlah orang seperti itu
yang tiba-tiba dapat menghilangkan rasa marah karena orang memberiku hadiah,
kecuali pada ibu, ayah dan kakakku saja aku mudah untuk memaafkan orang. Namun
yah ini pertama kali aku dapat memaafkan, bukan memaafkan mungkin tepatnya
menghilangkan rasa ingin marahku. Ah sudahlah aku bingung untuk menceritakan
ini. Akupun membalas smsnya.
"Oh ini nomer km bagas? Iah makasih yah aku seneng dapet kaset itu
he..he..he"
Bagas pun tidak membalas lagi
smsku, entah sesungguhnya apa yang diinginkan orang ini aku tak tahu. Namun
sepertinya dia tahu bahwa aku sangat marah dengan sms-nya tadi pagi, dan kini
hilang marahku. Ah apakah dia ini adalah seorang peramal, atau memiliki indera
ke-enam sehingga dapat membaca keadaanku? Mungkin aku berlebihan, namun
perasaanku bahwa Bagas seperti orang yang sudah lama aku kenal nampaknya tidak
salah karena mungkin dia seperti tau kehidupanku dan apa yang aku rasakan tanpa
member tahunya. ( Karya : Ganjarinka - Ketua Umum HmI Komisariat Fikom UNISBA 2015 - 2016)
0 Response to "TERIMAKASIH BAGAS “BAGIAN I” (Karya : Ganjarrinka)"
Posting Komentar